Kamis, 22 September 2016

CERITA LAMA 3 : Perjalananku Menemui The Bombers di Nusakambangan

Perjalananku Menemui The Bombers di Nusakambangan



Bersama Tim Pengacara Muslim (TPM ) Jawa Tengah, saya mendapat kesempatan berkunjung ke Pulau Nusakambangan untuk mengunjungi trio Bom Bali I yakni Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra. Banyak cerita yang didapat dari tiga terpidana mati yang dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan Kalas I Batu, Nusakambangan, Cilacap, itu.
=====================================================================================
Malam memang telah beranjak larut.Jarum jam pun sudah merangkak naik dari angka 10.00.Bersamaan dengan itu,saya pun harus memulai menempuh perjalanan lumayan panjang menuju kabupaten Cilacap,Jawa Tengah. Malam itu,saya sengaja menumpang mobil rombongan Tim Pengacara Muslim ( TPM ) Jawa Tengah yang memang memberi kesempatan saya untuk mengunjungi Nusakambangan.

Ada empat pengacara muslim dan tiga asistennya yang malam itu berangkat dalam mobil tersebut.Mereka adalah Anis Priya Anshari,Budi Kuswanto,M Syaifudin, dan Juriyanto.Sedang tiga asistenya yang turut dalam rombongan kecil itu adalah Khalid Syarfulah , Hasan , dan Omen.

Satu demi satu kota di sebelah barat Solo seperti Klaten, Yogyakarta, Wates, Purworejo,Kebumen,dan Gombong terlewati.Sepanjang perjalanan,obrolan-obrolan "gayeng" yang terkadang ditimpali dengan >joke-joke< konyol terus menghiasi.Semua topik dan isu hangat saat ini menjadi bahan obrolan di sepanjang perjalanan.Waktu yang berlalu pun seakan tak berasa lama.Padahal,sudah lebih dari empat jam kami yang di dalam mobil menikmati "ombak-ombak" kecil permukaan jalan di jalur selatan pulau Jawa itu.

Dan akhirnya,setelah tiga jam berlalu dari angka 12.00, gerbang ibu kota Kabupaten Cilacap terlihat di depan mata. Saat itu,pagi masih terlalu dini.Denyut kehidupan pun belum terasa di kota yang berada di bibir pantai selatan pulau Jawa itu.Mobil yang saya tumpangi langsung menuju masjdi agung Kabupaten Cilacap.Di halaman masjid itu,rombongan TPM yang saya ikuti disambut oleh rombongan keluarga Agung Setyadi dan Subur Sugiarto,--yang juga terpidana perkara terorisme dan ditahan di Nusakambangan--. Sama seperti saya dan TPM ,mereka juga hendak mengunjungi keluarganya di Nusakambangan.

Ada keinginan di hati saya untuk >ngobrol< lebih dari sekedar basa-basi dengan mereka. Sayangnya, belum sempat niat saya kesampaian, >muadzin< di masjid yang kental dengan arsitektur Jawa itu telah mengumandangkan azan Shubuh.Satu persatu, kami beringsut menuju >padasan< untuk mengambil air wudhu. Dan setelah mensucikan diri,kami bergabung dengan jemaat yang telah bersiap menunaikan shalat shubuh.

Hanya berselang beberapa menit setelah menunaikan shalat,Khalid Syaefullah memberitahu saya bahwa Acmad Michdan, salah satu pengacara TPM Pusat juga telah tiba di Cilacap.Saat itu,dia sedang beristirahat di hotel Tiga Intan di tengah Kota Cilacap. "Nanti saya langsung ke hotel dulu,terserah temen-temen mau gimana,ikut ke hotel atau mau mencari >tempe mendoan< dulu," ujar Khalid ketika itu.

Setelah berembuk sesaat,disepakati hanya Khalid yang akan ke hotel untuk menemui Acmad Michdan terlebih dahulu. Sedang yang lain memilih menunggu >sunrise< di pantai Teluk Penyu, ikon wisata laut Kabupaten Cilacap. Dan saya pun memilih mengikuti rombongan yang hendak menikmati matahari pertama di Cilacap pagi itu."Setelah menikmati matahari,kita menikmati >mendoan<," ujar Anis Priyo Anshari.

Pantai yang menjadi andalan dinas pariwisata setempat itu berada tak jauh dari jantung kota Cilacap.Hanya perlu waktu beberapa menit saja untuk menjangkaunya.Hari masih cukup gelap ketika kami tiba di lokasi tetirah yang juga menjadi pelabuhan pendaratan sampan nelayan lokal itu. Mata saya masih belum bisa melihat secara gambalng aktivitas serta pesona yang ditawarkan pantai itu.

Meski demikian, mata saya masih bisa menangkap bayangan-bayangan aktivitas nelayan lokal yang baru saja mendarat di antara kokohnya anjungan dermaga. Di sudut lain , tempak titik nyala api lentera yang menerangi aktivitas nelayan di dekat perahunya. Sedang jauh di lepas pantai,terlihat kerlap-kerlip lampu kapal barang yang tengah berlabuh. Sementara, di ufuk timur cakrawala,rona kuning kemerahan terlihat semakin meretas.

Awalnya,saya memilih melihat aktivitas para nelayan dan laut Teluk Penyu dari dalam mobil. Namun,rasa penasaran terhadap aktivitas nelayan memaksa saya untuk turun dari mobil. Begitu juga dengan anggota TPM Jawa Tengah yang turut ke pantai pagi itu. Dan kami langsung menuju ke arah nelayan-nelayan itu. Setelah dekat, akhirnya saya tahu bahwa yang mereka hasilkan pagi itu bukanlah ikan laut. Tapi,nelayan-nelayan itu baru saja mengangkat jaring perangkap >Rajungan< (hewan laut yang lebih mirip kepiting berukuran kecil, red)."Ini baru musim Rajungan, belum ada ikan ," ujar salah satu dari mereka dengan dialek Banyumasan yang kental.

Waktu pun terus berjalan. Dan rona merah kekuningan di ufuk timur langit semakin kentara. Perlahan, bola matahari terlihat merambat naik. Bola besar warna kuning keemasan itu seakan terangkat dari kedalaman laut.Cahayanya langsung berpendar ketika menghempas permukaan air.Keindahan yang memang kami tunggu pun kemudian terjadi . Air laut di depan kami berubah menjadi keemasan memantulkan sinar matahari itu. Siluuet aktivitas nelayan-nelayan sampan yang hendak berlabuh menambah keindahan pagi itu.

Lebih dari satu jam kami menikmati pantai Teluk Penyu.Angka penunjuk waktu di pesawat telepon selular saya menunjukkan angka 07.00.Dan saat itu, Budi Kuswanto , salah pengacara mengatakan kami harus segera ke hotel untuk bersiap melakukan penyebrangan." Kita harus segera ke hotel , bang Michdan mengatakan akan menyeberang jam 08.00," ujarnya kepada saya.

Semula,kami hendak langsung menuju hotel tempat Achmad Michdan menginap.Tapi,Anis Priyo Anshari rupanya tak rela kalau harus langsung menyeberang ke pulau Nusakambangan tanpa harus menikmati segelas teh hangat dan >tempe mendoan<. Setelah >eyel-eyelan< penuh canda,akhirnya disepakati untuk mencari mendoan terlebih dahulu."Nah begitu,mumpung di sini masak nggak makan mendoan.Habis >mendoan<,baru hotel," ujar Anis Priyo Anshari tersenyum.

Setelah memuaskan perut dengan segelas teh hangat dan puluhan tempe mendoan,kami bernjak meninggalkan warung sederhana itu untuk menuju .Khalid yang telah menunggu langsung mempertemukan kami dengan Acmad Michdan di kamarnya. Setelah berbasa-basi sejenak,Achmad Michdan mempersilahkan kami untuk mandi di kamar mandi hotelnya. Dan di kamar mandi itu >lah< untuk pertama kalinya saya mandi di Kabupaten Cilacap.

Setelah semua mandi,kami pun bersiap. Saya langsung nak ke mobil yang membawa kami dari Solo.Tapi,meski jarum jam telah melewati angka 08.00, kami belum juga beringsut meninggalkan hotel.Usut punya usut,ternyata masih ada rombongan >jami'at< dari Solo yang belum tiba di Cilacap. " Masih nunggu rombongan lain dari Solo >cak<, mobilnya ngadat.Sebentar lagi sampai.Bang Michdan juga masih menunggu pesanan makanan untuk dibawa >nyebrang<," jelas Kholid menjawab penasaran di hati saya.

Hingga pukul 09.00,rombongan yang ditunggu belum juga muncul. Akhirnya sekitar pukul 09.30, Acmah Michdan memutuskan untuk berangkat.Rombongan yang belum tiba akan langsung menyusul ke Nusakambangan.Sebanyak enam mobil pagi itu berangkat dari hotel menuju dermaga penyeberangan.Di dermaga Wijayakusuma itu,kami melalui proses pemeriksaan yang cukup ketat. Meski demikian,pemeriksaan terhadap barang bawaan serta dokumen perizinan itu tidak berbelit dan tidak makan waktu lama.

Rombongan kami mendapat jatah menyebrang pada pemberangkatan tahap dua.Rombongan pertama yang berangkat adalah Acmad Michdan dan timnya dari Jakarta.Jadilah saya dan rekan-rekan TPM Jawa Tengah menunggu di pelabuhan hingga setengah jam lamanya. Dan setelah kapal ferry penyeberangn kembali, kami akhirnya menyeberang.

Tidak butuh waktu lama untuk melintasi perairan Segara Anakan itu.Kapal ferry Pengayoman II yang membawa kami akhirnya bersandar di dermaga Sodong,pulau Nusakambangan.Di sana,rombongan Ahcmad Michdan masih berbaik hati menunggu.Dan setelah semua turun dari kapal,perjalanan darat dengan pengawalan ketat polisi menuju ke LP Batu untuk menemui Amrozi,Mukhlas,dan Imam Samudra dimulai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar