Rabu, 28 September 2016

KULINER KHAS PARANGGUPITO



Apa Adanya
Apa adanya. Dua kata itu lebih dari cukup untuk menggambarkan gaya hidup warga Paranggupito dalam urusan isi perut. Mereka memilih memanfaatkan apa yang ada sekitar tempat tinggalnya sebagai bahan makanan. Selain murah, hal tersebut juga berarti sehat dan khas. 
>Jangan gerus< (sayur gerus), oseng karangan, oseng gurita, oseng usal, thiwul, gudhangan< dan beberapa jenis olahan hewan laut lainnya adalah menu harian warga. >Jangan gerus< adalah sayur berkuah santan kental dan berbumbu aneka rempah. Ada potongan tahu, tempe kedelai atau tempe >mlandhing< di dalamnya.
Yang membuat >jangan gerus< berbeda dengan sayur santan lain adalah cara penggunaan cabai (lombok). Pada masakan ini, cabai tidak diiris. Tapi >digerus< atau diuleg kasar dan kemudian dicampurkan dalam kuah. Teknik ini membuat >jangan gerus< memiliki sensasi pedas yang menyengat. Kuah santan kentalnya kadang dibuat berwarna kuning dengan menggunakan kunyit.
Semakin dekat pesisir, semakin beragam pula jenis makannya. Semuanya bercita rasa khas dan bahan bakunya didapat gratis dari alam. Di antaranya, >oseng karangan< (sejenis rumput laut), oseng gurita dan oseng usal (siput laut). Pada musim tertentu, memasak kepiting, udang karang atau lobster dan beragam jenis ikan laut lainnya merupakan hal yang biasa. Biasanya, lauk pauk itu dihidangkan bersama >nasi thiwul uleng< (thiwul campur nasi beras) dan >gudangan< (urap). 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar