Kamis, 22 September 2016

CERITA LAMA 6 : Malam Mimpi Bertemu Anjing atau Monyet, Pagi Bertemu Polisi Atau Petugas Pengadilan

Sunday, January 27, 2008


Malam Mimpi Bertemu Anjing atau Monyet, Pagi Bertemu Polisi Atau Petugas Pengadilan



Lima jam di Nusakambangan ,Bertemu Trio Bom Bali I (4) 

Malam Mimpi Ketemu Anjing Atau Monyet , Pagi Ketemu Polisi atau Hakim

Di antara ketiga terpidana mati kasus bom Bali I, Imam Samudra adalah terpidana yang paling lantang bersuara.Tak ada keraguan yang tertangkap di antara kata-katanya soal bom bali maupun soal masalah hukum yang menimpanya. Bagaimana ceritanya ?
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Sama seperti Mukhlas, Imam Samudra menemui saya dengan balutan baju koko putih serta celana panang putih.Rambut gondrong sebahu miliknya pun tertutup kain yang telah dijalin sedemikian rupa hingga menyerupai kopiah . Bedanya , kain yang menutupi rambut berombak itu berwarna hitam. Perawakannya yang kecil juga menjadi satu kesamaan yang lain antara Imam Samudra dan Mukhlas.

Bedanya, wajah dan kulit Imam Samudra terlihat lebih bersih dari Mukhlas. Perbedaaan lainnya terdapat di jenggot serta kumisnya. Kumis dan jenggot Imam terlihat masih utuh menghitam.Sedang milik Mukhlas sudah dihiasi uban. Tidak hanya itu,cara berbicara antara kedua terpidana mati itu pun berbeda jauh .

Nada bicara Mukhlas terdengar lebih rendah . Sedang nada bicara Imam Samudra terdengar meledak-ledak dan lebih terkonsep. Kata-kata yang keluar dari mulut Imam Samudra lebih fokus dan terkadang menohok.Bahkan , sesekali ucapanya terdengar >thok lek< tanpa tedeng aling-aling.

Salah satu ucapan Imam Samudra yang menohok dan tanpa tedeng aling-aling adalah yang keluar ketika wawancara hendak dimulai. Saat itu , selain wartawan di dalam ruangan Kabid Administrasi dan Kamtib LP Batu Nusakambangan,Mudianto,terdapat dua pria bertubuh tegap. Keduanya sudah berada di ruang itu sejak Imam masuk sambil mengucap salam.

Rambut salah satu pria itu gondrong dan dikuncir ke belakang.Sedang yang lainnya menutupi rambut berubanya dengan topi.Sesaat setelah masuk, Imam Samudra membuat kedua pria itu salah tingkah. Hanya beberapa detik setelah duduk di kursi , Mata Imam Samudra terlihat tajam menatap keduanya secara bergantian. Pria dengan rambut terkuncir yang duduk di kursi mencoba beradu pandang dengan terpidana mati di depannya. Tapi itu hanya berlangsung beberapa detik saja . Selanjutnya , dia membuang pandangannya ke sudut lain di ruang itu.

Tiba-tiba saja , sambil terus menatap pria berkuncir , Imam menanyakan asal usul mereka. Keduanya tidak langsung menjawab. Namun kemudian , Imam menyambung kata-katanya dengan kata-kata “Anda berdua dari Polres kan, anda juga kan ?,” sambil terus memandangi kedua pria tersebut secara bergantian.

Merasa ketahuan,dua pria berkaos itu mengaku bahwa mereka adalah polisi.Mau tahu apa kata Imam selanjutnya ?.“Anda-anda nggak mungkin bisa bohongi saya. Saya telah empat kali mengalami mimpi bertemu anjing dan monyet. Dan setiap pagi setelah saya bermimpi , kalau nggak ketemu dengan polisi pasti saya ketemu dengan orang pengadilan . Saya nggak bohong . Saya hanya >ngasih tahu<,” katanya.



Dua polisi yang ketahuan itu pun terlihat tercekat dengan ucapan Imam Samudra. Seandainya yang mengucapkan kata itu bukan seorang Imam Samudra, bisa jadi mereka bakal naik pitam.Tapi,siang itu, keduanya terlihat “ tak berdaya” di hadapan Imam Samudra. Keduanya pun kemudian tersenyum kecut sambil membuang mukanya. Tampak rona kemerahan muncul di wajah kedua pria itu.

Usai “ mengerjai” dua polisi itu , Imam lagsung mengalihkan tema kepada wartawan.Kali ini dia malah membuka wawancara pertanyaan.Dia menanyakan untuk apa keperluan wawancara itu.Setelah mengetahui wawancara itu untuk mencari pengakuannya tentang bom bali , Imam pun kemudian bersedia bercerita. “ Tapi saya nggak mau ucapan saya dipotong dan diplintir seperti beberapa waktu lalu. Saya mau apa adanya ya,” ujarnya sambil tersenyum.

Dia mengatakan, apa yang ia lakukan itu adalah sebuah perjuangan. Menurutnya , aksi itu adalah jihad.Aksi itu dimaksudkan untuk menunjukkan kepada bangsa Irak, Afganistan dan bangsa Isalm lainya bahwa mereka punya teman yang peduli. Cara menunjukkan kepedulian itu adalah dengan mengobarkan semangat jihad fisabililah. “ Sasaran utama aksi saya itu adalah bangsa kafir,” ujarnya.

Kalaupun ada korban kaum Muslim di bom Bali, Imam mengatakan itu di luar kesengajaan. Meski demikian , dia menolak dikatakan Bom Bali itu tidak sesuai rencana. Menurutnya, ledakan itu sudah sesuai dengan skenario, hanya saja terjadi sedikit >error< sehingga timbul korban dari kaum Muslim.” Kalau memang mereka di sana dalam keadaan bekerja , insyaalah mereka mati syahid. Saya sudah membayar itu dengan puasa kifarat. Dan saya yakin , cepat atau lambat , keluarga korban akan mendukung kami,” tambahnya.


Imam mengaku,mati syahid adalah cita-citanya sejak umur 17 tahun. Malah , pada saat itu dirinya berharap sudah menjadi syuhada di umur 25 tahun . “ Tapi sampai sekarang malah masih hidup. Malah pada umur 25 saya menikah . Itu terjadi 3 tahun setelah saya pulang dari Afganistan,” ujarnya.

Impian mati syahid itu menurutnya akan tercapai jika nanti dirinya dieksekusi mati. Menurutnya , eksekusi itu akan membuatnya masuk ke surga dan bertemu dengan bidadari-bidadari yang kini telah menunggunya.“Dan isnyaallah,yang mengeksekusi saya nanti tidak akan tenang hidupnya.Kalau tidak dirinya sendiri, maka keluarganya akan mengalami celaka. Bisa saja dia mengalami kecelakaan,'” imbuhnya.

Selain mengaku siap mati,Imam Samudra juga menjanjikan sebuah perlawanan jika hari eksekusinya tiba. Dia menyatakan tidak akan menyerah begitu saja di hadapan regu tembak. Dia tidak mau disamakan dengan kambong congek yang hanya diam ketika digelandang.“Saya ngak mau seperti kambing congek. Saya tidak akan diam begitu saja ketika diborgol atau ketika di hadapan regu tembak. Saya akan melawan semampu saya,” katanya.

Soal bentuk perlawanan yang ia janjikan, Imam mengaku akan melakukan apa saja yang ia bisa. Dia mencontohkan, kalau tanganya masih bisa dipakai melawan , dirinya akan menggunakan tanganya. Seandainya tidak bisa , dia akan menggunakan kaki atau bagian tubuh yang lainnya untuk melawan regu tembak. Dan kalau memang semuanya tidak bisa dilakukan , minimal dia akan melakukan perlawanan dengan hatinya. “ Allahuakbar,” ucapnya kemudian.

Baginya, kematiannya karena berjihad bukanlah apa-apa. Sebab, jihad fisabilillah tetap akan menyala meski dirinya mati. Imam menyebut dirinya hanyalah setitik debu di antara jutaaan mujahidin di seluruh dunia yang saat ini masih berjuang di jalan Allah. Dan yang pasti , saya dia , jihad yang telah dilakukan oleh mujahid-mujahid tersebut adalah demi membela muslim dari ketertindasan.

“ Dan siapa pun yang menyakiti Muslim pasti akan dihukum oleh Allah. Makanya bagi para polisi yang ada di sini , saya pesan jangan sakiti umat Muslim . Sebab Allah pasti akan menjatuhkan hukuman . Yang menyakiti Muslim pasti tidak akan tenang hidunya.Jadi , kepada polisi , saya pesan jangan mau kalau disuruh menangani para Mujahidin. Kalau mau, saya sumpah hidup anda tidak akan tenang. Kalau ngurusi rampok boleh. Lakukan itu bersama doa saya , “ tandasnya sambil melihat kearah dua polisi di ruang tersebut.

Disinggung mengenai permohonan grasi , sama seperti Mukhlas , Imam juga dengan tegas menolaknya. Menurut dia , dengan mengajukan grasi , itu sama artinya dengan mengaku salah dan meminta pengampunan. Dan kalau mengajukan grasi , kata dia , itu sama artinya dengan mengaku hukum orang kafir. “ Undang-undang di Indonesia kan peninggalan orang kafir, orang Belanda,” imbuhnya.


Sementara , soal keinginannya yang belum terpenuhi, Imam mengatakan satu-satunya keinginan di hatinya adalah menambah daftar orang kafir yang ia bunuh . “ Saya ingin membunuh orang kafir lebih banyak. Dan saya ingin syahid di sana,” tandasnya.

Sebenarnya , masih banyak yang ingin diungkapkan Imam samudra dalam pertemuan itu . Namun , waktu yang terbatas membuat wawancara harus diakhiri. Selanjutnya , bersama Achmad Michdan dan Mukhlas , Imam Samudra turun dan kembali ke ruang pertemuan di lantai dasar LP Batu Nusakambangan. Di ruang itu, saya menyempatkan bertemu dengan Amrozi lagi . Dan sambil menikmati nasi bungkus , Amrozi pun memulai ceritanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar