Jumat, 23 September 2016

Penyempurna Kilauan Zamrud Khatulistiwa




Pantai Nampu


 Penyempurna Kilauan Zamrud Khatulistiwa

Wonogiri adalah satu-satunya kabupaten di eks-Karesidenan Surakarta yang memiliki garis pantai. Panjangnya lebih dari 10 kilometer. Batas antara laut lepas dan daratan ini membentang di tiga desa di Kecamatan Paranggupito. Yakni Desa Gunturharjo, Desa Gudangharjo dan Desa Paranggupito.
Di bagian timur, pantai di Paranggupito berbatasan dengan pantai Banyu Tibo di Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sedang Di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta.
Hamparan pantai di Paranggupito semuanya berada di kawasan kars (pegunungan kapur) Gunung Sewu. Ciri khusus nan unik di semua pantai di Paranggupito adalah tebing batuan kapur yang terukir alami.
Ukiran itu merupakan buah dari proses karsifikasi atau pelarutan batuan kapur. Karsifikasi di sepanjang pantai ini terjadi karena empasan ombak Samudera Indonesia yang terjadi secara terus menerus selama puluhan ribu tahun.
 Tak semua bagian batu kapur tersebut larut bersama air laut. Hanya bagian lunak saja yang tergerus ombak. Sedangkan batuan yang tingkat kekerasannya tinggi tetap bertahan. Imbasnya, tercipta rongga-rongga pada tebing dengan beragam bentuk dan ukuran.
Bahkan, di beberapa bagian, karsifikasi selama ribuan tahun itu tak hanya sekedar meninggalkan rongga. Tapi menghasilkan teluk sehingga terwujud pantai landai dan berpasir putih.
Perpaduan antara tebing karang yang tinggi menjulang, hamparan pasir putih, dan ombak laut yang tak henti berdebur itu memunculkan keindahan yang menyegarkan mata.
Selama ini, di antara pantai-pantai itu, baru Pantai Nampu dan Pantai Sembukan saja yang dikenal luas. Padahal masih ada Pantai Dhadhapan, Pantai Karang Payung dan pantai-pantai lain yang sama-sama indah.
Tak hanya pantai berpasir putih saja yang menjadi daya tarik di sepanjang pesisir Paranggupito. Tapi juga ada di beberapa pantai berdinding karang nan terjal. Tebing-tebing vertikal tersebut tentunya merupakan daya tarik bagi para pecinta panjat tebing dan pemancing.
Hal menarik lainnya adalah keberadaan jalan setapak naik turun bukit di sepanjang pantai. Jalan setapak antar pantai itu tentunya layak untuk dinikmati para penghobi trekking. Penggila olahraga ekstrim seperti motor trail, jeep offroad dan mountain bike pun bisa menikmati jalan setapak antar pantai itu. Atau menikmati jalanan berbatu yang saat ini sedang dirintis pemerintah di sepanjang pantai tersebut.
Karsifikasi tak hanya terjadi di sepanjang pantai saja. Tapi juga terjadi di bawah perkampungan di Paranggupito yang berdiri di atas lempeng batuan kapur. Pelarutan batuan kapur oleh air hujan dan air tanah itu menciptakan goa dan luweng (lubang besar di permukaan tanah yang berhubungan langsung dengan sungai bawah tanah).
Ada belasan goa dan luweng di Paranggupito. Jaraknya juga tak terlalu jauh dari garis pantai. Bahkan, diyakini semua luweng itu berhubungan dengan sungai bawah berdebit super besar yakni Sungai Bawah Tanah Banyutowo yang bermuara di salah satu pantai terjal di Paranggupito.
Saking besarnya debit air tawar tersebut, muncul keyakinan air tawar Sungai Bawah Tanah Banyutowo itu jika diangkat akan mampu menjadi solusi atas bencana kekeringan yang terjadi di Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Paranggupito dan Kecamatan Giritontro pada setiap musim kemarau.
Keindahan alam berupa pantai, goa dan luweng tersebut belum merupakan keseluruhan daya tarik di Paranggupito. Tapi, masih ada pesona lainnya. Yakni kehidupan sosial budaya warga setempat yang sederhana dan bersahaja. Keindahan-keindahan di Paranggupito itu tentu sangat layak untuk disebut sebagai >penyempurna kilauan zamrud khatulistiwa<. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar