Rabu, 28 September 2016

Gua Gilap Pracimantoro, Mata Rantai Migrasi Manusia Gua



Gua Gilap, Mata Rantai Migrasi Manusia Gua
           
 Gua ini masih berada di kawasan Museum Karst Dunia Pracimantoro. Jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari gedung utama museum. Gua Gilap terlihat seperti lubang besar melingkar di permukaan gunung kapur dengan kedalaman sekitar 50 meter. Di bagian bawah terdapat ceruk besar yang terlindung dari bagian atas. Bagian atap ceruk dihiasi stalagtit mati. Ceruk itu bisa dicapai dengan menuruni jalan setapak berbatu dari bagian atas lereng gunung. 

            Tidak hanya fenomena alam saja yang ada di dalamnya, karena gua ini menyimpan banyak kisah tentang perjalanan manusia dari manusia purba hingga manusia modern. Jejak peninggalan zaman prasejarah di Gua Gilap ini beberapa waktu lalu digali oleh tim ekskavasi dari Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah dan tim Arkeologi Universitas Gajah Mada. 

Dalam proses itu ditemukan sejumlah tengara bahwa di gua tersebut pernah menjadi pusat kehidupan manusia gua pada zaman prasejarah. Beberapa tengara atau penanda itu adalah sisa makanan, peralatan purba dari tulang serta tulang belulang hewan yang tak lazim ada pada masa modern ini. Tengara itu memunculkan keyakinan bahwa manusia purba pernah tinggal sangat lama, bahkan mencapai ribuan tahun di Gua Gilap dan gua-gua lainnya.

Meskipun demikian pendapat bahwa manusia purba pernah menetap lama di gua-gua di Kawasan Karst Gunung Sewu itu masih perlu diteliti secara mendalam untuk dibuktikan kebenarannya. Karena pendapat tersebut berbeda dengan pendapat yang berkembang selama ini yang menyebutkan bahwa manusia purba hanya menjadikan gua sebagai persinggahan sementara. Namun yang pasti, manusia purba dalam proses migrasi dari belahan timur ke belahan barat Pulau Jawa pernah tinggal di Gua Gilap dan beberapa gua lainnya.

Pada zaman manusia modern, Gua Gilap juga menjadi bagian penting. Konon, sampai akhir abad 19 lalu, bangsawan dari kerajaan di Jawa Tengah kerap mengunjungi gua ini untuk melakukan tirakat dan ritual tertentu. Selain itu, sampai tahun 1970-an lalu, Gua Gilap juga menjadi sentra keramain bagi warga Pracimantoro dan sekitarnya. Gua itu kerap menjadi venue pertunjukkan kesenian. Mulai dari klenengan, srandhul dan kethoprak.

Mitos juga tak lepas dari gua ini. Nnama ‘Gilap’ yang berarti gemerlap atau berkilau diambil dari perujudan gemerlap payung milik Roro Denok, seorang putri Majapahit yang melarikan dari kejaran pasukan Pajajaran. Roro Denok yang ditemani dua pengawalnya diseritakan bersembunyi di gua tersebut hingga akhirnya muksa (menghilang beserta raganya). Sedang dua pengawalnya yakni Kiai Sabuk Alu dan Kiai Sabuk Inten menjadi cikal bakal penghuni Dusun Ngudal dan Dusun Karanglo yang berada tak jauh dari Gua Gilap. 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar